KISAH SYEKH JANGKUNG YANG PENUH KAROMAH
Kisah SYEKH JANGKUNG YANG PENUH KAROMAH:
Karomah Syekh Jangkung bernama asli Saridin ini melegenda hingga saat ini. Terungkaplah apa rahasia dibalik sosok sederhana yang sejak kecil dikenal wali ‘njadab’ ini dalam ajaran Syekh Jangkung yang ditulis Syekh Jangkung yaitu “Suluk Saridin”.
Suluk ini adalah bukti bahwa Syekh Jangkung adalah sosok penyebar Agama Islam di wilayah Grobogan (masa hidup Syekh Jangkung muda dan wilayan Pati (ketika dewasa) dan sekitarnya. Ajaran-ajaran Islam yang diajarkan para gurunya diteladani dan disebarkan di desa-desa dari mulut ke mulut. Tuah karomah sejarah hidupnya menjadi daya tarik bagi orang-orang Jawa. Mereka yang awalnya beragama Budha, Hindu dan animisme berdatangan ke Syekh Jangkung untuk belajar agama Islam.
Namun Syekh Jangkung adalah sosok guru yang sederhana. Selama hidupnya dia memilih untuk menjadi seorang petani lugu yang tinggal di Desa Landoh, Pati hingga akhir hayatnya. Masa kecil, dia dipanggil Saridin alias Raden Syarifudin putra dari Raden Singa Parna (Syeh Syafi’i) bersama ibu Robi’ah Attaji (Sekar Tanjung). Makam beliau berada di Ds. Landoh kec. Kayen Kab. Pati. Disekitar makam tersebut juga terdapat beberapa makam: Makam istri-istri beliau RA. Retno Jinoli dan RA. Pandan Arum dan Makam bakul legen, Prayoguna dan Bakirah.
LUGU DAN SEDERHANA Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawa dan kesaksian dari mulut ke mulut di masyarakat, semasa kanak-kanak Saridin adalah seseorang yang lugu dan karena keluguannya itu pula dia sering ditipu dan dimanfaatkan oleh orang lain.
Syahdan pada suatu hari, dia dan saudara iparnya yang bernama Branjung, diberi oleh orang tuanya warisan satu pohon durian yang banyak buahnya. Kesepakatan terjadi, Saridin memperoleh jatah duren yang jatuh pada saat malam hari, dan Branjung mendapat jatah duren yang jatuh siang hari. Tapi sesungguhnya itu kesepakatan itu hanya akal-akalan Branjung. Saat malam tiba, Branjung menyamar sebagai harimau dengan tujuan menakut-nakuti Saridin mendekati pohon duren yang saat itu ditunggu Saridin. Alih-alih berlari, Saridin yang saat itu membawa batang pohon tebu memukul sampai mati harimau yang datang padanya –padahal, Harimau itu tidak lain Branjung.
Berita kematian Branjung dengan cepat menyebar ke seantero Pati. Saridin lah yang membunuh Branjung. Saridin pun diadili dan dihukum setimpal oleh pengadilan di Pati yaitu penjara. Sadirin menjalani masa hukuman tersebut dengan sabar.
Keluar dari penjara setelah menjalani hukuman, Saridin mulai mencari ilmu dengan nyantri di pondok di Kudus yang saat itu diasuh oleh Sunan Kudus.
Hubungan santri – kyai antara Saridin dan Sunan Kudus menghasilkan hubungan yang unik. Sunan Kudus mengakui bahwa Saridin adalah santri yang penuh karomah karena memiliki ilmu Kun Fayakun, ilmu Sabdo Dadi, apa yang diucapkan langsung terkabul.
Dikisahkan percakapan yang melegenda antara keduanya.
Sunan Kudus: “Apakah setiap air harrus ada ikannya, Din?”
Saridin: “Ada, guru “
Mendengar jawaban dari Saridin, Sunan Kudus terheran-heran dan mengutus santri lain untuk mengambil pohon kelapa untuk membuktikan jawaban Saridin.
Begitu kelapa dipecah terjadilah keajaiban: di dalam batok kelapa itu ada ikannya sungguhan.
Sunan Kudus diam-diam kagum dengan karomah Sarridin. Namun, dibalik kekagumannya itu, Sunan Kudus iri karena khawatir nantinya akan kalah popular dari Saridin. Namun rasa gengsi sang kyai tidak mungkin mengutarakan isi hatinya yang kagum.
Kejadian lain terkait karomah Saridin pada suatu ketika, di pondok Sunan Kudus ada kerja bakti mengisi bak mandi. Para santri bahu membahu mengisinya dengan ember. Saridin yang berniat membantu harus kecewa karena ember sudah habis dipakai santri lain. Para Santri mengolok-olok Saridin agar membantu mengisi bak mandi namun menggunakan keranjang dari bambu yang jelas tidak mungkin bisa dipakai untuk menampung air.
Saridin yang lugu pun mengambil keranjang dan secepat kilat digunakannya keranjang itu untuk mengisi bak mandi. Sekali keranjang bambu dimasukkan air sumur dan diguyurkan ke bak mandi tiba-tiba bak mandi langsung terisi penuh. Semua santri terheran-heran, takjub dengan kejadian diluar akal ini.
Banyak karomah dari Saridin membuat Sunan Kudus memutuskan untuk mengusir santri ini dari pondoknya. “Saridin orang yang suka pamer, di pondok ini untuk belajar agama Islam, bukan untuk pamer kesaktian” kata Sunan Kudus kepada santri –santrinya.
Gundah gulana dalam pengusirannya, Saridin memutuskan untuk belajar langsung ke Syekh Malaya alias Sunan Kalijaga yang saat itu terkenal sebagai wali yang penuh karomah dan bijaksana. Dalam waktu singkat Saridin lulus dari belajar agama. Saridin memutuskan pulang ke desa asalnya dan mendirikan pondok bersama anaknya.
Sebelum pulang, Saridin diberi nasehat dan wejangan kepada Saridin agar pandai-pandai menyimpan karomahnya. “Ngger anakku Saridin, kamu saya berikan gelar Syekh Jangkung yang artinya doa agar kamu bisa njangkung lan njampangi kaum disekitar tempat tinggalmu kelak. Semua karomahmu terjadi atas ijin Allah SWT dan simpanlah baik-baik karomahmu untuk berdakwah. Jangan pernah sombong dan mempertunjukkan karomahmu bila tidak perlu,” kata Sunan Kalijaga.
“Baik Bopo Guru Sejatiku,” kata Saridin.
Singkat cerita, Saridin pulang ke kampung halamannya di Pati melintasi hutan roban yang saat itu sangat ditakuti karena kerajaan siluman. Banyak korban dari masyarakat yang hilang di hutan karena menjadi makanan siluman-siluman di hutan besar yang angker ini. Dalam waktu singkat Saridin berhasil mengalahkan raja siluman dan membuat masyarakat di sekitar hutan aman bisa membangun rumah-rumah di sana. Atas jasanya ini, raja Mataram saat itu menghadiahi Saridin dengan menikahi Retno Jinoli, kakak dari Sultan Agung.
Pasangan Saridin-Retno Jinoli ini akhirnya memiliki keturunan, sang anak yang dinamakan: Momok. Sedangkan Retno Jinoli dipanggil dengan panggilan kesayangan Mbokne Momok.
Dikisahkan, Saridin dan sang anak lelakinya, Momok membangun pondok pesantren di Desa Landoh –ini desa terakhir sampai Saridin wafat. Untuk menghidupi pondok, mereka babat alas dan membuat sawah serta menjadi petani. Untuk memudahkan pekerjaan, Saridin memiliki kerbau untuk membajak sawah.
Suatu hari, karena kelelahan dipakai untuk membajak sawah maka kerbau ini mati. Saridin pun datang dan meniup kepala kerbau. Ajaib, kerbau itu bangun dan hidup kembali. Kerbau itu disebut kerbau landoh –karena berasal dari kerbau Desa Landoh. Kerbau yang didoakan saridin agar hidup kembali ini memang istimewa karena setelah kerbau ini benar-benar mati karena usia tua, bila seseorang memiliki jimat berupa sisa kulit dan tulang belulangnya maka seseorang itu bisa kebal terhadap semua jenis senjata. Hingga saat ini, sisa bangkai kerbau landoh itu masih disimpan di museum sederhana di area makam Syekh Jangkung/ Saridin.
Di akhir hayatnya, Syekh Jangkung/Saridin berpesan agar kelak kalau dirinya wafat maka kerbau landoh itu juga harus disembelih. Para santri dan keluarganya benar-benar melaksanakan pesan ini ketika Syekh Jangkung wafat. Daging kerbau landoh dibagi-bagikan ke warga sekitar pondok dan hingga saat ini kebiasaan membagi-bagikan daging kerbau itu masih dilestarikan masyarakat Pati bagian selatan khusunya desa Kayen, Sukolilo, Gabus, dan Winong.
Demikian sedikit riwayat hidup Syekh Jangkung dan akhirnya akan kita coba mengungkapkan inti dari pelajaran yang disampaikan beliau yang terangkum dalam Suluk Saridin/Syekh Jangkung berikut ini:
SULUK SARIDIN (SYEKH JANGKUNG)
Bismillah, wengi iki ingsung madep, ngawiti murih pakerti, pakertining budi kang fitri, sujud ingsun, ing ngarsané Dzat Kang Maha Suci. — Bismillah,malam ini hamba menghadap, mengawali meraih hikmah/ hikmah budi yang suci, hamba bersujud, di hadapan Keagungan Yang Mahasuci.
Bismillah ar-rahman ar-rahim, rabu mbengi, malam kamis, tanggal lima las, wulan poso, posoning ati ngilangi fitnah, posoning rogo ngeker tingkah. — Bismillâh ar-Rahmân ar-Rahîm, Rabu malam Kamis, tanggal 15 bulan Ramadhan, puasa hati menghilangkan fitnah, puasa raga mencegah tingkah buruk.
Bismillah, dhuh Pangeran Kang Maha Suci, niat ingsun ndalu niki, kawula kang ngawiti, nulis serat kang ingsun arani, serat Hidayat Bahrul Qalbi, anggayuh Sangkan Paraning Dumadi. — Bismillâh, wahai Tuhan Yang Mahasuci, niat hamba malam ini, hamba yang mengawali, menulis surat yang dinamai, surat Hidayat Bahrul Qalbi, untuk memahami asal tujuan hidup ini.
Bismillah, dhuh Pangeran mugi hanebihna, saking nafsu ingsun iki, kang nistha sipatipun, tansah ngajak ing laku drengki, ngedohi perkawis kang wigati. —- Bismillâh, wahai Tuhan semoga Engkau menjauhkan, dari nafsu hamba ini, yang buruk sifatnya, senantiasa mengajak berlaku dengki, menjauhi perkara yang baik.
Bismillah, kanthi nyebut asmaning Allah, Dzat ingkang Maha Welas, Dzat ingkang Maha Asih, kawula nyenyuwun, kanthi tawasul marang Gusti Rasul, Rasul kang aran Nur Muhammad, mugiya kerso paring sapangat, kanthi pambuka ummul kitab. — Bismillâh, dengan menyebut nama Allah, Dzat Yang Maha Pengasih, Dzat Yang Maha Penyayang, hamba memohon, melalui perantara Rasul, Rasul yang bernama Nur Muhammad, semoga berkenan memberi syafaat, dengan pembukaan membaca ummul kitab.
Sun tulis kersaneng rasa, rasaning wong tanah Jawa, sun tulis kersaneng ati, atining jiwa kang Jawi, ati kang suci, tanda urip kang sejati, sun tulis kersaning agami, ageming diri ingkang suci. — Hamba tulis karena rasa, perasaan orang tanah Jawa, hamba tulis karena hati, hati dari jiwa yang keluar, hati yang suci, tanda hidup yang sejati, hamba tulis karena agama, pegangan diri yang suci.
Kang tinulis dudu ajaran, kang tinulis dudu tuntunan, iki serat sakdermo mahami, opo kang tinebut ing Kitab Suci, iki serat amung mangerteni, tindak lampahé Kanjeng Nabi. — Yang tertulis bukan ajaran,yang tertulis bukan tuntunan,surat ini sekadar memahami,apa yang tersebut dalam Kitab Suci,surat ini sekadar mengetahui,perilaku hidup Kanjeng Nabi.
Apa kang ana ing serat iki, mong rasa sedehing ati, ati kang tanpa doyo, mirsani tindak lampahing konco, ingkang tebih saking budi, budining rasa kamanungsan, sirna ilang apa kang dadi tuntunan.— Apa yang ada di surat ini,hanya rasa kesedihan hati,hati yang tiada berdaya,melihat sikap perilaku saudara,yang jauh dari budi,budi rasa kemanusiaan,hilang sudah apa yang menjadi tuntunan.
Mugi-mugi dadiho pitutur, marang awak déwé ingsun, syukur nyumrambahi para sadulur, nyoto iku dadi sesuwun, ing ngarsane Dzat Kang Luhur. — Semoga menjadi petunjuk,terhadap diri hamba sendiri,syukur bisa berguna untuk sesama, itulah yang menjadi permohonan,di hadapan Dzat Yang Mahaagung.
SYARIAT
Mangertiyo sira kabéh, narimoho kanthi saréh, opo kang dadi toto lan aturan, opo kang dadi pinesténan, anggoning ngabdi marang Pangeran — Mengertilah kalian semua,terimalah dengan segala kerendahan jiwa,terimalah dengan tulus dan rela,apa yang menjadi ketetapan dan aturan,apa yang telah digariskan,untuk mengabdi pada Keagungan Tuhan.
Basa sarak istilah ‘Arbi, tedah isarat urip niki, mulo kénging nampik milih, pundhi ingkang dipun lampahi, anggoning ngabdi marang Ilahi. — Istilah syarak adalah bahasa Arab,yang berarti petunjuk atau pedoman untuk menjalani kehidupan ‘agama’,untuk itulah diperbolehkan memilih,mana yang akan dijalani sesuai dengan kemampuan diri,guna mengabdi pada Keagungan Ilahi.
Saréngat iku tan ora keno, tininggal selagi kuwoso, ageming diri kang wigati, cecekelan maring kitab suci, amrih murih rahmating Gusti. — Apa yang telah di-syari‘at-kan hendaknya jangan kita tinggal,selama diri ini mampu untuk menjalankan,aturan yang menjadi pegangan hidup kita,aturan yang sudah dijelaskan dalam kitab suci al-Qur’an,Itu semua, tidak lain hanya usaha kita untuk mendapat rahmat, dan pengampunan dari Yang Maha Kuasa.
Saréngat iku keno dén aran, patemoné badan lawan lésan, ono maneh kang pepiling, sareh anggoné kidmat, nyembah ngabdi marang Dzat. –— Syariat juga diartikan, sebuah pertemuan antara badan dengan lisan,bertemunya raga dengan apa yang dikata,ada juga yang memberi pengertian,bahwa syariat adalah pasrah dalam berkhidmat,menyembah dan mengabdi pada Keagungan Yang Mahasuci.
Saréngat utawi sembah raga iku, pakartining wong amagang laku, sesucine asarana saking warih, kang wus lumrah limang wektu, wantu wataking wawaton. — Syari`at atau Sembah Raga itu,merupakan tahap persiapan, di mana seseorang harus melewati proses pembersihan diri,dengan cara mengikuti peraturan-peraturan yang ada,dan yang sudah ditentukan—rukun Islam.
Mulo iling-ilingo kang tinebut iki, sadat, sholat kanthi kidmat, zakat bondo lawan badan, poso sak jroning wulan ramadhan, tinemu haji pinongko mampu, ngudi luhuring budi kang estu. — Maka ingat-ingatlah apa yang tersebut di bawah ini, syahadat dengan penuh keihklasan, shalat dengan khusuk dan penuh ketakdhiman, mengeluarkan zakat harta dan badan untuk sesame, puasa pada bulan ramadhan atas nama pengabdian pada Tuhan, menunaikan ibadah haji untuk meraih kehalusan budi pekerti.
Limo cukup tan kurang, dadi rukune agami Islam, wajib kagem ingkang baligh, ngaqil, eling tur kinarasan, menawi lali ugi nyauri. — Lima sudah tersebut tidak kurang, menjadi ketetapan sebagai rukun Islam, wajib dilakukan bagi orang ‘Islam’ yang sudah baligh, berakal, tidak gila dan sehat, adapun, jika lupa menjalankan hendaknya diganti pada waktu yang lain.
Syaringat ugi kawastanan, laku sembah mawi badan, sembah suci maring Hyang, Hyang ingkang nyipto alam, sembahyang tinemu pungkasan. — Syariat juga dinamakan, melakukan penyembahan dengan menggunakan anggota badan, menyembah pada Keagungan Tuhan, Tuhan yang menciptakan alam, Sembah Hyang, begitu kiranya nama yang diberikan.
SYAHADAT
Sampun dados pengawitan, tiyang ingkang mlebet Islam, anyekseni wujuding Pangeran, mahos sadat kanthi temenan, madep-manteb ananing iman. —- Sudah menjadi pembukaan, bagi orang yang ingin masuk Islam, bersaksi akan wujudnya Tuhan, bersungguh-sungguh membaca syahadat, disertai ketetapan hati untuk beriman.
Asyhadu an-lâ ilâha illâ Allâh wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, Tinucapo mawi lisan, Sareh legowo tanpa pameksan, Mlebet wonten njroning ati, Dadiho pusoko anggoning ngabdi. — Asyhadu an-lâ ilâha illâ Allâh wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, ucapkanlah dengan lisan, penuh kesadaran tanpa paksaan, masukkan maknanya ke dalam hati, semoga menjadi pusaka untuk terus mengabdi.
Tan ana Pangeran, kang wajib dén sembah, kejawi amung Gusti Allah, semanten ugi Rasul Muhammad, kang dadi lantaran pitulungé umat. — Hamba bersaksi bahwa tak ada tuhan, yang wajib disembah, kecuali Allah swt, begitu pula dengan Nabi Agung Muhammad saw, yang menjadi perantara pertolongan umat.
SHALAT
Syarat limo ajo lali, kadas najis, badan kedah suci, nutup aurat kanti kiat, jumeneng panggonan mboten mlarat, ngerti wektu madep kiblat, sampurno ingkang dipun serat. — Lima syarat jangan lupa, badan harus suci dari hadats dan najis, menutup aurat jika tidak kesulitan, dilaksanakan di tempat yang suci, mengerti waktu untuk melakukan shalat, lalu menghadap kiblat, sempurna sudah yang ditulis.
Wolu las kang dadi mufakat, rukun sahe nglakoni shalat, niat nejo, ngadek ingkang kiat, takbir banjur mahos surat, al-fatihah ampun ngantos lepat. — Delapan belas yang menjadi mufakat, rukun sahnya menjalankan shalat, niat melakukan shalat, berdiri bagi kita yang mampu, mengucapkan takbiratul ikhram membaca surat, al-Fatichah jangan sampai keliru.
Rukuk, tumakninah banjur ngadek, aran iktidal kanti jejek, tumakninah semanten ugi, banjur sujud tumurun ing bumi, sareng tumakninah ingkang mesti, kinaranan ing tumakninah, meneng sedelok sak wuse obah. — Rukuk dengan tenang lalu berdiri, disebut i’tidal dengan tegap, hendaknya juga tenang seperti rukuk, lalu sujud turun ke bumi, bersama thumakninah yang benar, dinamakan thumakninah, diam sebentar setelah bergerak.
Sewelas iku lungguh, antarane rong sujudan, tumuli tumakninah, kaping telulas lungguh akhir, banjur maos pamuji dikir. — Sebelas itu duduk, di antara dua sujud, disertai thumakninah, tiga belas duduk akhir, lalu membaca pujian dzikir.
Limolas iku moco sholawat, kagem Gusti Rosul Muhammad, tumuli salam kang kawitan, sertane niat rampungan, tertib sempurna dadi pungkasan. —- Lima belas membaca shalawat, kepada Rasul Muhammad, kemudian salam yang pertama, bersama niat keluar shalat, tertib menjadi kesempurnaan.
ZAKAT
Zakat iku wus dadi prentah, den lampahi setahun pindah, tumprap wong kang rijkine torah, supados bersih awak lan bondo, ojo pisan-pisan awak déwé leno. —- Zakat sudah menjadi perintah, dilakukan setahun sekali, bagi orang yang hartanya berlimpah, supa bersih raga dan harta, jangan sekali-kali kita lupa.
Umume wong dho ngenthoni, malem bodho idul fitri, zakat firah den arani, bersihaké badan lawan ati, zakat maal ugo mengkono, nanging kaprahing dho orak lélo. — Umumnya orang mengeluarkan, malam Hari Raya Idul Fitri, zakat fitrah dinamai, membersihkan raga dan hati, zakat harta juga begitu, namun umumnya pada tidak rela.
Ampun supé niating ati, nglakoni rukun pardune agami, lillahi ta`ala iku krentekno, amrih murih ridaning Gusti, supados dadi abdi kang mulyo. — Jangan lupa niat di hati, menjalankan rukun fradhunya agama, karena Allah tanamkanlah, untuk mendapat keridhaan-Nya, supaya menjadi hamba yang mulia.
PUASA
Islam, balék, kiat, ngakal, papat sampun kinebatan, wonten maleh ingkang lintu, Islam, balék lawan ngakal, dados sarat nglampahi siam. — Islam, baligh, kuat, berakal, empat sudah disebutkan, ada juga yang mengatakan, Islam, baligh, dan berakal, menjadi syarat menjalankan puasa.
Kados sarat rukun ugi sami, kedah dilampai kanthi wigati, niat ikhlas jroning ati, cegah dahar lawan ngombé, nejo jimak kaping teluné, mutah-mutah kang digawé. —- Seperti syarat, rukun juga sama, harus dijalanlan dengan hati-hati, niat ikhlas di dalam hati, mencegah makan dan minum, jangan bersetubuh nomor tiga, jangan memuntahkan sesuatu karena sengaja.
Papat jangkep sampun cekap, dadus sarat rukuné pasa, ngatos-ngatos ampun léna, mugiyo hasil ingkang dipun seja, tentreming ati urip kang mulya. — Empat genap sudah cukup, menjadi syarat rukunnya puasa, hati-hati jangan terlena, semoga berhasil apa yang diinginkan, tentramnya hati hidup dengan mulia.
HAJI
Limo akhir dadi kasampurnan, ngelampahi rukun parduné Islam, bidal zaroh ing tanah mekah, menawi kiat bandane torah, lego manah tinggal pitnah kamanungsan. — Lima terakhir menjadi kesempurnaan, menjalankan rukun fardhunya Islam, pergi ziarah ke tanah Makah, jika kuat dan hartanya berlimpah, hati rela menjauhi fitnah kemanusiaan.
Pitu dadi sepakatan, sarat kaji kang temenan, Islam, balik, ngakal, merdeka, ananing banda lawan sarana, aman dalan sertané panggonan. — Tujuh jadi kesepakatan, syarat haji yang betulan, Islam, baligh, berakal, merdeka, adanya harta dan sarana, aman jalan beserta tempat.
Ikram sertané niat, dadi rukun kang kawitan, wukuf anteng ing ngaropah, towaf mlaku ngubengi kakbah, limo sangi ojo lali, sopa marwah pitu bola-bali. — Ikhram beserta niat, menjadi rukun yang pertama, thawaf berjalan mengelilingi ka‘bah, lima sa’i jangan lupa, safa-marwah tujuh kali.
THARIQAT
Muji sukur Dzat Kang Rahman, tarékat iku sak dermo dalan, panemoné lisan ing pikiran, nimbang nanting lawan heneng, bener luputé sira kanthi héling. — Puji syukur Dzat Yang Penyayang,tarekat hanyalah sekadar jalan,bertemunya ucapan dalam pikiran,menimbang memilih dengan tenang,benar tidaknya engkau dengan penuh kesadaran.
Tarékat ugi kawastanan, sembah cipto kang temenan, nyegah nafsu kang ngambra-ambra, ngedohi sipat durangkara, srah lampah ing Bathara. — Tarekat juga dinamakan, sembah cipta yang sebenarnya, mencegah nafsu yang merajalela, menjauhi sifat keburukan, berserah di hadapan Tuhan.
Semanten ugi aweh pitutur, makna tarékat ingkang luhur, den serupaaken kados segoro, minongko saréngat dadus perahu, kang tinemu mawi ngélmu. — Kiranya juga memberi penuturan,makna tarekat yang luhur,diibaratkan laksana samudera,dengan syariat sebagai perahunya,yang ditemukan dengan ilmu.
Mila ampun ngantos luput, dingin nglampahi saréngat, tumuli tarékat menawi kiat, namung kaprahé piyambak niki, supe anggenipun ngawiti. — Maka jangan sampai keliru, mendahulukan menjalani syariat, kemudian tarekat jika mampu, namun umumnya kita ini, lupa saat memulai.
Mila saksampunipun, dalem sawek sesuwunan, mugiya tansah pinaringan, jembaring dalan kanugrahan, rahmat welas asihing Pangeran. — Maka setelahnya, hamba senantiasa memohon, semoga terus mendapat, lapangnya jalan anugerah, cinta dan kasih sayang Tuhan.
SYAHADAT
Lamuno sampun kinucapan, rong sadat kanthi iman, kaleh puniko dereng nyekapi, kangge ngudari budi pekerti, basuh resék sucining ati. —- Jika sudah diucapkan, dua syahadat dengan iman, dua ini belumlah cukup, untuk mengurai budi pekerti, membasuh bersih sucinya hati.
Prayuginipun ugi mangertosi, sifat Agungé Hyang Widhi, kaleh doso gampil dipun éngeti, wujud, kidam lawan baqa, mukalapah lil kawadisi. — Seyogyanya juga mengerti, sifat Keagungan Tuhan, dua puluh mudah dimengerti, wujud, qidam, dan baqa, mukhalafah lil hawâdis.
Limo qiyam binafsihi, wahdaniyat, kodrat, irodat, songo ilmu doso hayat, samak basar lawan kalam, pat belas iku aran kadiran — Lima qiyâmuhu bi nanafsihi, wahdaniyat, qodrat, iradat, sembilan ilmu, sepuluh hayat, sama&lsquo, bashar, kalam, empat belas qadiran.
Muridan kaping limolas, aliman, hayan pitulasé, lawan samian ampun supé, banjur basiron madep manteb, mutakalliman ingkang tetep. — Muridan nomor lima belas, aliman, hayan nomor tujuh belas, kemudian samian jangan lupa, terus bashiran dengan mantab, mutakalliman yang tetap.
Nuli papat kinanggitan, dadi sifat mulyané utusan, sidik, tablik ora mungkur, patonah sabar kanthi srah, anteng-meneng teteping amanah. — Kemudian empat disebutkan, menjadi sifat kemuliaan utusan, sidiq, tabligh tidak mundur, fathanah sabar dengan berserah, diam tenang bersama amanah.
Kaleh doso sampun kasebat, mugiyo angsal nikmating rahmat, tambah sekawan tansah ingeti, dadiho dalan sucining ati, ngertosi sir Hyang Widhi. —- Dua puluh sudah disebut, semoga mendapat nikmatnya rahmat, ditambah empat teruslah ingat, jadilah jalan mensucikan hati, mengetahui rahasia Yang Mahasuci.
SHALAT
Limang waktu dipun pesti, nyekel ngegem sucining agami, agami budi kang nami Islam, rasul Muhammad dadi lantaran, tumurune sapangat, rahmat lan salam. — Lima waktu sudah pasti, memegang kesucian agama,agama budi yang bernama Islam,rasul Muhammad yang menjadi perantara,turunnya pertolongan, rahmat, dan keselamatan.
Rino wengi ojo nganti lali, menawi kiat anggoné nglampahi, kronten salat dadi tondo, tulus iklasing manah kito, nyepeng agami tanpo pamekso. — Siang malam jangan lupa, jika kuat dalam menjalani, karena shalat menjadi tanda, tulus ikhlasnya hati kita, mengikuti agama tanpa dipaksa.
Ngisak, subuh kanthi tuwuh, tumuli luhur lawan asar, dumugi maghrib ampun kesasar, lumampahano srah lan sabar, jangkep gangsal unénan Islam.— Isyak, Shubuh dengan penuh, kemudian Luhur dan Ashar,sampai Maghrib jangan kesasar, jalanilah dengan pasrah dan sabar, genap lima disebut Islam.
Kanthi nyebut asmané Allah, Sak niki kita badé milai, ngudari makna ingkang wigati, makna saéstu limang wektu, pramila ingsun sesuwunan, tambahing dungo panjengan. — Dengan menyebut nama Allah, sekarang kita akan mulai, mengurai makna yang tersembunyi,makna sesungguhnya lima waktu,karenanya hamba memohon,tambahnya doa Anda sekalian.
ISYAK
Sun kawiti lawan ngisak, wektu peteng jroning awak, mengi kinancan cahya wulan, sartané lintang tambah padang, madangi petengé dalan. — Hamba mulai dengan isyak,waktu gelap dalam jiwa,malam bersama cahaya bulan,bersanding bintang bertambah terang,menerangi gelapnya jalan.
Semono ugi awak nira, wonten jroning rahim ibu, dewekan tanpa konco, amung cahyo welasing Gusti, ingkang tansah angrencangi. — Seperti itu jasad kamu,di dalam rahim seorang ibu,sendirian tanpa teman, hanya cahaya kasih Tuhan, yang senantiasa menemani.
SHUBUH
Tumuli subuh sak wusé fajar, banjur serngéngé metu mak byar, padang jinglang sedanten kahanan, sami guyu awak kinarasan, lumampah ngudi panguripan. — Kemudian shubuh setelah fajar,lalu matahari keluar bersinar,terang benderang semua keadaan,bersama tertawa badan sehat,berjalan mencari kehidupan.
Duh sedulur mangertiya, iku dadi tanda lahiring sira, lahir saking jroning batin, batin ingkang luhur, batin ingkang agung.— Wahai saudara mengertilah, itu menjadi tanda kelahiranmu, lahir dari dalam batin, batin yang luhur, batin yang agung.
ZHUHUR
Luhur teranging awan, tumancep duwuring bun-bunan, panas siro ngraosaké, tibaning cahyo serngéngé, lérén sedélok gonmu agawé. — Zhuhur terangnya siang,menancap di atas ubun-ubun, panas kiranya kau rasakan, jatuhnya cahaya matahari, berhenti sebentar dalam bekerja.
Semono ugo podho gatékno, lumampahing umur siro, awet cilik tumeko gedé, tibaning akal biso mbedakké, becik lan olo kelakuné.— Seperti itu juga pahamilah, perjalanan hidup kamu,dari kecil hingga dewasa,saat akal bisa membedakan, baik dan buruk perbuatanmu.
ASHAR
Ngasar sak durungé surup, ati-ati noto ing ati, cawésno opo kang dadi kekarep, ojo kesusu ngonmu lumaku, sakdermo buru howo nepsu. — Ashar sebelum terbenam, hati-hatilah menata hati, persiapkan apa yang menjadi keinginan, jangan tergesa-gesa kamu berjalan,hanya sekadar menuruti hawa nafsu.
Mulo podho waspadaha, dho dijogo agemaning jiwa, yo ngéné iki kang aran urip, cilik, gedé tumeko tuwo, bisoho siro ngrumangsani, ojo siro ngrumongso biso.— Maka waspadalah, jagalah selalu pegangan jiwa,ya seperti ini yang namanya hidup, kecil, besar, sampai tua,bisalah engkau merasa,janganlah engkau merasa bisa.
MAGHRIB
Maghrib kalampah wengi, serngéngé surup ing arah kéblat, purna oléhé madangi jagad, mego kuning banjur jedul, tondo rino sampun kliwat. — Maghrib mendekati malam,matahari terbenam di arah kiblat, selesai sudah menerangi dunia, mega kuning kemudian keluar, tanda siang sudah terlewat.
Duh sedérék mugiyo melok, bilih urip mung sedélok, cilik, gedé tumeko tuwa, banjur pejah sak nalika, wangsul ngersané Dzat Kang Kuwasa. — Wahai saudara saksikanlah, bahwa hidup hanya sebentar, kecil, besar, sampai tua, kemudian mati seketika, kembali ke hadapan Yang Kuasa.
ZAKAT
Lamuno siro kanugrahan, pikantuk rijki ora kurang, gunakno kanthi wicaksono, ampun supé menawi tirah, ngedalaken zakat pitrah. — Jika engkau diberi anugerah, mendapat rezeki tidak kurang, gunakanlah dengan bijaksana, jangan lupa jika tersisa, mengeluarkan zakat fitrah.
Zakat lumantar ngresiki awak, lahir batin boten risak, menawi bondo tasih luwih, tumancepno roso asih, zakat mal kanthi pekulih. — Zakat untuk membersihkan diri, lahir batin tidak rusak, jika harta masih berlimpah, tanamkanlah rasa belas kasih, zakat kekayaan tanpa pamrih.
Pakir, miskin, tiyang jroning paran, ibnu sabil kawastanan, lumampah ngamil, tiyang katah utang, rikab, tiyang ingkang berjuang, muallap nembé mlebu Islam. — Fakir, miskin, orang berpergian,ibn sabil dinamakan,kemudian amil, orang yang banyak hutang, budak, tiyang ingkang berjuang,muallaf yang baru masuk Islam.
Zakat nglatih jiwo lan rogo, tumindak becik kanthi lélo, ngraosaken sarané liyan, ngudari sifat kamanungsan, supados angsal teteping iman. — Zakat melatih jiwa dan raga,menjalankan kebajikan dengan rela,merasakan penderitaan sesame,mengurai sifat kemanusiaan, supaya mendapat tetapnya iman.
PUASA
Posoning rogo énténg dilakoni, cegah dahar lan ngombé jroning ari, ananging pasaning jiwa, iku kang kudhu dén reksa, tumindak asih sepining cela.— Puasa badan mudah dilakukan,mencegah makam dan minum sepanjang hari,namun puasa jiwa,itu yang seharusnya dijaga,menebar kasih sayang menjauhi pencelaan.
Semanten ugi pasaning ati, tumindak alus sarengé budi, supados ngunduh wohing pakerti, pilu mahasing sepi, mayu hayuning bumi. — Demikian pula puasa hati, sikap lemah lembut sebagai cermin kehalusan budi, supaya mendapat kebaikan sesuai dengan apa yang dingini, tiada harapan yang diinginkan, kecuali hanya ketentraman dan keselamatan dalam kehidupan.
HAJI
Kaji dadi kasampurnan, rukun lima kinebatan, mungguhing danten tiyang Islam, zarohi tanah ingkang mulyo, menawi tirah anané bondo. — Haji menjadi kesempurnaan,rukum lima yang disebutkan, untuk semua orang Islam, mengunjungi tanah yang mulia, jika ada kelebihan harta.
Nanging ojo siro kliru, mahami opo kang dén tuju, amergo kaji sakdermo dalan, dudu tujuan luhuring badan, pak kaji dadi tembungan. — Tapi janganlah engkau keliru,memahami apa yang dituju,karena haji hanya sekadar jalan,bukan tujuan kemuliaan badan, jika pulang dipanggil Pak Haji.
Kaji ugi dadi latihan, pisahing siro ninggal kadonyan, bojo, anak lan keluarga, krabat karéb, sederek sedaya, kanca, musuh dho lélakna. — Haji juga untuk latihan, perpisahanmu meninggalkan keduniaan, istri, anak, dan keluarga,karib kerabat, semua saudara, teman dan musuh relakanlah. Wallahu A'lam Bishawab
Semoga bermanfaat
0 Response to "KISAH SYEKH JANGKUNG YANG PENUH KAROMAH "
Post a Comment