BAHAYA ORANG YANG ENGGAN MELUNASI HUTANG NYA
BAHAYA ORANG YANG ENGGAN MELUNASI HUTANGNYA&
KEUTAMAAN ORANG YANG TERBEBAS DARI HUTANG.
KEUTAMAAN ORANG YANG TERBEBAS DARI HUTANG.
"Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﻓَﺎﺭَﻕَ ﺍﻟﺮُّﻭﺡُ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪَ ﻭَﻫُﻮَ ﺑَﺮِﻯﺀٌ ﻣِﻦْ ﺛَﻼَﺙٍ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻐُﻠُﻮﻝِ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳْﻦِ
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412.)
Mati Dalam Keadaan Masih Membawa Hutang, Kebaikannya Sebagai Ganti.
"Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻭَﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩِﻳﻨَﺎﺭٌ ﺃَﻭْ ﺩِﺭْﻫَﻢٌ ﻗُﻀِﻰَ ﻣِﻦْ ﺣَﺴَﻨَﺎﺗِﻪِ ﻟَﻴْﺲَ ﺛَﻢَّ ﺩِﻳﻨَﺎﺭٌ ﻭَﻻَ ﺩِﺭْﻫَﻢٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham .” (HR. Ibnu Majah no. 2414.)
Urusan Orang yang Berhutang Masih Menggantung.
"Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻧَﻔْﺲُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻣُﻌَﻠَّﻘَﺔٌ ﺑِﺪَﻳْﻨِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘْﻀَﻰ ﻋَﻨْﻪُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya .” (HR. Tirmidzi no. 1078.)
Orang yang Berniat Tidak Mau Melunasi Hutang Akan Dihukumi Sebagai Pencuri.
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri .” (HR. Ibnu Majah no. 2410.)
Al Munawi mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana mereka. ” (Faidul Qodir , 3/181)
Ibnu Majah juga membawakan riwayat lainnya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺃَﻣْﻮَﺍﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺇِﺗْﻼَﻓَﻬَﺎ ﺃَﺗْﻠَﻔَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ
“Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga akan menghancurkan dirinya .” (HR. Bukhari no. 18 dan Ibnu Majah no. 2411).
Di antara maksud hadits ini adalah barangsiapa yang mengambil harta manusia melalui jalan hutang, lalu dia berniat tidak ingin mengembalikan hutang tersebut, maka Allah pun akan menghancurkannya.
Ya Allah, lindungilah kami dari banyak berhutang dan enggan untuk melunasinya.
ORANG YANG MEMILIKI HUTANG, RASULULLAH TIDAK MAU MENSHOLATI.
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang.....?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak ada.”
Lalu beliau mengatakan: “Apakah dia meninggalkan sesuatu....?”
Lantas mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak.”
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
KEMUDIAN DIDATANGKANLAH JENAZAH LAINNYA.
Lalu para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia.....!”
Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang......?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Iya .”
Lalu beliau mengatakan: “Apakah dia meninggalkan sesuatu.....?”
Lantas mereka (para sahabat) menjawab: “Ada, sebanyak 3 dinar.”
Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
KEMUDIAN DIDATANGKAN LAGI JENAZAH KETIGA,
lalu para sahabat berkata: “Shalatkanlah dia......!”
Beliau bertanya: “Apakah dia meningalkan sesuatu....?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.”
Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang.....?”
Mereka menjawab: “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.”
Lantas Abu Qotadah berkata: “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412.)
Mati Dalam Keadaan Masih Membawa Hutang, Kebaikannya Sebagai Ganti.
"Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻭَﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩِﻳﻨَﺎﺭٌ ﺃَﻭْ ﺩِﺭْﻫَﻢٌ ﻗُﻀِﻰَ ﻣِﻦْ ﺣَﺴَﻨَﺎﺗِﻪِ ﻟَﻴْﺲَ ﺛَﻢَّ ﺩِﻳﻨَﺎﺭٌ ﻭَﻻَ ﺩِﺭْﻫَﻢٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham .” (HR. Ibnu Majah no. 2414.)
Urusan Orang yang Berhutang Masih Menggantung.
"Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻧَﻔْﺲُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻣُﻌَﻠَّﻘَﺔٌ ﺑِﺪَﻳْﻨِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘْﻀَﻰ ﻋَﻨْﻪُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya .” (HR. Tirmidzi no. 1078.)
Orang yang Berniat Tidak Mau Melunasi Hutang Akan Dihukumi Sebagai Pencuri.
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri .” (HR. Ibnu Majah no. 2410.)
Al Munawi mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana mereka. ” (Faidul Qodir , 3/181)
Ibnu Majah juga membawakan riwayat lainnya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺃَﻣْﻮَﺍﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺇِﺗْﻼَﻓَﻬَﺎ ﺃَﺗْﻠَﻔَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ
“Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga akan menghancurkan dirinya .” (HR. Bukhari no. 18 dan Ibnu Majah no. 2411).
Di antara maksud hadits ini adalah barangsiapa yang mengambil harta manusia melalui jalan hutang, lalu dia berniat tidak ingin mengembalikan hutang tersebut, maka Allah pun akan menghancurkannya.
Ya Allah, lindungilah kami dari banyak berhutang dan enggan untuk melunasinya.
ORANG YANG MEMILIKI HUTANG, RASULULLAH TIDAK MAU MENSHOLATI.
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang.....?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak ada.”
Lalu beliau mengatakan: “Apakah dia meninggalkan sesuatu....?”
Lantas mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak.”
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
KEMUDIAN DIDATANGKANLAH JENAZAH LAINNYA.
Lalu para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia.....!”
Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang......?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Iya .”
Lalu beliau mengatakan: “Apakah dia meninggalkan sesuatu.....?”
Lantas mereka (para sahabat) menjawab: “Ada, sebanyak 3 dinar.”
Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
KEMUDIAN DIDATANGKAN LAGI JENAZAH KETIGA,
lalu para sahabat berkata: “Shalatkanlah dia......!”
Beliau bertanya: “Apakah dia meningalkan sesuatu....?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.”
Lalu beliau bertanya: “Apakah dia memiliki hutang.....?”
Mereka menjawab: “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.”
Lantas Abu Qotadah berkata: “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)
DOSA HUTANG TIDAK AKAN TERAMPUNI WALAUPUN MATI SYAHID.
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻳُﻐْﻔَﺮُ ﻟِﻠﺸَّﻬِﻴﺪِ ﻛُﻞُّ ﺫَﻧْﺐٍ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦَ
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sering Berlindung dari Berhutang Ketika Shalat.
Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya pada Bab “Siapa yang berlindung dari hutang”.
Lalu beliau rahimahullah membawakan hadits dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sering Berlindung dari Berhutang Ketika Shalat.
Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya pada Bab “Siapa yang berlindung dari hutang”.
Lalu beliau rahimahullah membawakan hadits dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻓِﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ « ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻰ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺄْﺛَﻢِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻐْﺮَﻡِ » . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣَﺎ ﺗَﺴْﺘَﻌِﻴﺬُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻐْﺮَﻡِ ﻗَﺎﻝَ « ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺇِﺫَﺍ ﻏَﺮِﻡَ ﺣَﺪَّﺙَ ﻓَﻜَﺬَﺏَ ﻭَﻭَﻋَﺪَ ﻓَﺄَﺧْﻠَﻒَ » .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam):
ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang) .”
Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang......? ”
Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang......? ”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)
Al Muhallab mengatakan: “Dalam hadits ini terdapat dalil tentang wajibnya memotong segala perantara yang menuju pada kemungkaran.
Yang menunjukkan hal ini adalah do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berlindung dari hutang dan hutang sendiri dapat mengantarkan pada dusta .” (Syarh Ibnu Baththol , 12/37)
Adapun hutang yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung darinya adalah tiga bentuk hutang:
1. Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
1. Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
2. Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.
3. Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabbnya.
Orang-orang semacam inilah yang apabila berhutang lalu berjanji ingin melunasinya, namun dia mengingkari janji tersebut. Dan orang-orang semacam inilah yang ketika berkata akan berdusta. ( Syarh Ibnu Baththol, 12/38)
Itulah sikap jelek orang yang berhutang sering berbohong dan berdusta. Semoga kita dijauhkan.
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat.......?
Itulah sikap jelek orang yang berhutang sering berbohong dan berdusta. Semoga kita dijauhkan.
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat.......?
IBNUL QOYYIM DALAM Al FAWA’ID (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan :
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia."
BERBAHAGIALAH ORANG YANG BERNIAT MELUNASI HUTANGNYA.
Ibnu Majah dalam sunannya membawakan dalam Bab “Siapa saja yang memiliki hutang dan dia berniat melunasinya.”
Lalu beliau membawakan hadits dari Ummul Mukminin Maimunah.
ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺪَّﺍﻥُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﺑَﻌْﺾُ ﺃَﻫْﻠِﻬَﺎ ﻻَ ﺗَﻔْﻌَﻠِﻰ ﻭَﺃَﻧْﻜَﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺑَﻠَﻰ ﺇِﻧِّﻰ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﻧَﺒِﻴِّﻰ ﻭَﺧَﻠِﻴﻠِﻰ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳَﻘُﻮﻝُ « ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﺪَّﺍﻥُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻨْﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺃَﺩَﺍﺀَﻩُ ﺇِﻻَّ ﺃَﺩَّﺍﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ».
Dulu Maimunah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan: “Jangan kamu lakukan itu.......!”
Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut.
Lalu Maimunah mengatakan: “Iya.
Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia ”. (HR. Ibnu Majah no. 2399.)
Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia ”. (HR. Ibnu Majah no. 2399.)
Dari hadits ini ada pelajaran yang sangat berharga yaitu boleh saja kita berhutang, namun harus berniat untuk mengembalikannya.
Perhatikanlah perkataan Maimunah di atas.
Juga terdapat hadits dari ‘Abdullah bin Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Perhatikanlah perkataan Maimunah di atas.
Juga terdapat hadits dari ‘Abdullah bin Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺪَّﺍﺋِﻦِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻘْﻀِﻰَ ﺩَﻳْﻨَﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400.)
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar hutang. Ketika dia mampu, dia langsung melunasinya atau melunasi sebagiannya jika dia tidak mampu melunasi seluruhnya.
Sikap seperti inilah yang akan menimbulkan hubungan baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﻥَّ ﺧِﻴَﺎﺭَﻛُﻢْ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻜُﻢْ ﻗَﻀَﺎﺀً
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
Ya Allah, lindungilah kami dari berbuat dosa dan beratnya hutang, mudahkanlah kami untuk melunasinya.
Sikap seperti inilah yang akan menimbulkan hubungan baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﻥَّ ﺧِﻴَﺎﺭَﻛُﻢْ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻜُﻢْ ﻗَﻀَﺎﺀً
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
Ya Allah, lindungilah kami dari berbuat dosa dan beratnya hutang, mudahkanlah kami untuk melunasinya.
0 Response to "BAHAYA ORANG YANG ENGGAN MELUNASI HUTANG NYA"
Post a Comment