Meneladani tirakat dan ketekunan KH.Abdul hannan maksum kewagean kediri
Barakah adalah nilai yang dicari dalam setiap hal yang didapat, seseorang belajar dan berjuang melawan kebodohan untuk mendapat barakah dari ilmu pengetahuan yang dia dapatkan. Nilai barakah menjadi sangat penting karena menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, semakin sukses seseorang maka semakin dia mendapat berkah dengan apa yang dia usahakan. Dalam kesempatan ini akan disampaikan sebuah kisah sukses seorang ulama besar di Pare Kediri, beliu adalah KH. Abdul Hannan Ma’sum, seorang ulama yang ramah dan dalam ilmu pengetahuan agamanya serta istiqomah mendidik murid-muridnya. Dalam bimbinganya banyak sekali hal yang penulis pelajari, dan dari beliu penulis belajar menjadi pribadi yang Istiqomah dan berprinsip.
Pada suatu hari ada seorang anak buruh tani dan penjual onde-onde berjalan dengan menenteng kitab di tangan kananya, dia begitu riang dan semangat berjalan menuju tempat belajarnya, yaitu di pondok pesantren Raudhatul Ulum , sebuah pesantren yang di asuh oleh dua ulama besar pada masa itu, bertempat di desa Kencong Pare Kediri, anak ini begitu semangat mengikuti semua pembelajaran di pesantren tersebut, sehingga dia tergolong anak yang berprestasi di setiap jenjang kelas. Ilmu gramatikal bahasa, meliputi nahwu, sharaf, balaghah, arudh, dan mantiq menjadi santapan yang begitu dia sukai sehingga dia menjadi santri yang mumpuni dalam bidang tersebut. dan dia mampu menghafal semua kitab tersebut, termasuk hafal kitab yang dianggap sangat sulit dihafalkan, yaitu juman, sebuah kitab balaghah tingkat tingi karya al-Suyuthi yang menjelaskan keindahan sastra arab, dan bahkan sampai mampu menghafal syarah Ibnu Aqil (kitab penjelas dari alfiah Ibnu Malik) karya Imam Ibnu Malik.
Ketekunan dalam mencari ilmu, muthala’ah, musyawarah, yang dia lakukan melewati teman-teman sebayanya, dan bahkan yang lebih tua umurnya. Sehingga dengan jerih payah tersebut dia dipercaya oleh teman-temannya untuk mbalah kitab (membaca kitab dengan makna jawa). Permintaan tersebut tidak langsung dia tanggapi begitu saja, namun dia meminta izin dan doa restu kepada gurunya atas permintaan tersebut. Tanpa ragu sang guru memberikan izin dan doa restu karena tahu bahwa dia adalah sosok murid yang sudah dapat dipertanggung jawabkan keilmuanya, tidak diragukan lagi kapasitas dan kealimanya.
Pengajian kitab di-gotaan kecilnya menjadi masyhur karena dia mengkaji setiap kitab dengan makna yang lengkap dan akurat, suara yang lembut dan jelas menjadi magnet yang kuat, sehingga banyak sekali santri mengikuti pengajianya. Sebagai santri senior, dia tidak congkak, tidak sombong, akan tetapi rendah hati dan santun kepada siapapun. Diceritakan bahwa dia berbicara dengan siapaun dengan bahasa jawa krama inggil, baik dengan santri tua ataupun muda. Dari situlah muncul sifat wibawa yang nyungkani menurut santri-santri yang pernah dekat dengannya.
Istiqamah dan tekun dalam mencari illmu serta menjaga akhalaq al-karimah kepada siapapun, itulah ciri dan sifat yang dikenal dari sosok santri anak penjual uonde-onde tersebut. dia tidak pernah ingin mendapat pujian, tidak ingin di sungkani, ataupun di anggap seorang yang alim. Sungguh sifat dan karakter yang jauh dari kebanyakan santri masa kini, yang selalu ingin diperhatikan dan di puji oleh siapapun. Sosoknya bagaikan sinar terang dalam setiap sudut yang disinggahinya. Umpama sumber air yang tak pernah habis mengobati dahaga setiap orang. Kebesaran dan keagungan yang dia dapat bukanlah menjadi tujuan, semua itu datang dan hinggap didalam dirinya tanpa keinginannya.
Istiqamah dan tekun dalam mencari illmu serta menjaga akhalaq al-karimah kepada siapapun, itulah ciri dan sifat yang dikenal dari sosok santri anak penjual uonde-onde tersebut. dia tidak pernah ingin mendapat pujian, tidak ingin di sungkani, ataupun di anggap seorang yang alim. Sungguh sifat dan karakter yang jauh dari kebanyakan santri masa kini, yang selalu ingin diperhatikan dan di puji oleh siapapun. Sosoknya bagaikan sinar terang dalam setiap sudut yang disinggahinya. Umpama sumber air yang tak pernah habis mengobati dahaga setiap orang. Kebesaran dan keagungan yang dia dapat bukanlah menjadi tujuan, semua itu datang dan hinggap didalam dirinya tanpa keinginannya.
Tempaan dan gemblengan dari sang guru menjadikanya sosok yang kuat dalam memegang prinsip, pengabdian totalitas tanpa pamprih, serta keikhlasan menerima apapun yang diperolehnya adalah diantara sifat-sifat yang selalu dia pegang dalam menghadapi dan melakukan segala hal. Diceritakan bahwa dia pernah di dawuhi oleh sang guru dengan suara keras di depan santri-santri lainya, seakan dia di dukani dan di lokne dihadapan semua santri. Dengan kejadian tersebut dia hanya diam merunduk dan meminta doa restu kepada sang guru, setelah itu dia langsung kembali ke kamarnya dan memohon ampun kepada Allah atas segala khilaf yang mungkin telah dia lakukan tanpa disadarinya, tidak ada rasa jengkel atau mangkel dalam hatinya, tidak ada rasa marah dan kecewa dalam hatinya, yang ada adalah penyesalan dan ikhlas menerima bimbingan dari gurunya, subahanallah begitu besar dan lapang hati sosok tersebut, begitu terang cahaya ilahi menerangi setiap sudut relung hatinya, sehingga kejadian apapun yang menimpanya menjadi ringan dan sederhana, ikhlas dan sabar senantiasa muncul untuk menghadapi semua masalah tersebut.
Kaejadian tersebut membuatnya bertekad untuk tidak keluar dari pesantren selama tiga tahun, dia ingin mengikuti apa yang di dawuhkan sang guru, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam perjalanan tirakat ini dia berpasrah kepada Allah dengan segala konsekuensinya, karena pada saat itu dia adalah sosok yang penting di pesantren tempatnya mengabdi, dan menjadi primadona diantara santri-santri lainya, dengan kegemilanganya dalam berbagai bidang keilmuan agama. Sumpama artis yang sedang naik daun, dikenal dimana-mana, di cintai banyak pihak, dirindukan siapapun, dan diminta datang dalam setiap kegiatan-kegiatan penting. Keadaan tersebut tidak membuatnya hanyut atau bahkan terlena sehingga meninggalkan tirakat yang sedang dia jalani, akan tetapi menjadi tambahan motivasi yang mendorongnya agar semakin tekun dan istiqomah menyelesaikan dawuh dan perintah sang guru. Sosok ahli tirakat dan tekun inilah yang nantinya akan menjadi ulama besar pendiri pondok pesantren Fathul Ulum.
Diriwayatkan bahwa dia selama ber-talabul ilmi tidak pernah meninggalkan tirakat, meliputi; puasa, menjaga keadaan suci, berjama’ah, menjaga amalan wirid, tidak pulang tiga tahun, dan mengabdi kepada sang guru. Ketekunan dan kegigihanya dalam belajar disertai tempaan proses panjang yang telah dijalaninya menghasilkan buah yang matang dan dinginkan oleh siapapun. Sosok yang dipercaya oleh sang guru dan di banggakan tersebut tidak pernah berharap menjadi seoarang kiyai besar, akan tetapi cukup menjadi orang yang bermanfaat terhadap siapapun. Namun keikhlasan dan kesabaranya dalam perjalanan ilmiahnya berkibat perubahan besar dalam hidupnya, dia menjadi sosok ulama besar yang dikaruniahi banyak keistimewaan sehingga banyak sekali santri-santri dari berbagai penjuru nusantara berdatangan untuk menimba ilmu dan mengharap bekah darinya . Sosok yang telah banyak menjadi perbincangan oleh semua kalangan, dari santri, kiyai, dan masyarakat tersebut adalah KH. Abdul Hannan Ma’sum, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Fathul Ulum di desa Kwagean Krenceng Pare Kediri. Semoga Allah senantiasa menjaga beliu, barakah umurnya, dan semua kelaurga beliu, serta santrinya ini (penulis) mendapat tetesan berkah beliu di dunia dan akhirat, amin....
Diantara untaian dawuh beliu yang selalu menjadi pegangan dalam hidup, yang tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ucapan tapi juga tindakan adalah ra’sul hikmah khasyyatullah “ puncak dari ilmu yang bermanfaat adalah sifat takut pada allah (taqwa dan wira’i)”. Umpama surban suci yang melidungi sekujur tubuh, dawuh tersebut membungkus kehidupan beliu, menjadi perahu untuk sampai pada titik sejati kehidupan. Inilah uswah (panutan) sesungguhnya, sang pembimbing yang mewujudkan dakwah Islam dengan ramah dalam bentuk qauliyah (ucapan) dan haliyah (tidakan). Dan masih banyak dawuh-dawuh inspiratif dari beliu mengalir umpama tetes embun yang menyegarkan jiwa-jiwa gersang dan haus akan Ilmu pengetahun. Semoga penulis diberikan kekuatan dan pertolongan Allah untuk mengikuti dan mengamalkan dawuh-dawuh beliu.
Matta’anallhu bithuli hayatihi, amiin....
0 Response to "Meneladani tirakat dan ketekunan KH.Abdul hannan maksum kewagean kediri"
Post a Comment