PEWARIS NABI

PEWARIS PARA NABI
"Apabila berkurang satu dari para Wali Allah, niscaya langit tidak akan menurunkan hujan dan bumi tidak lagi menumbuhkan tumbuhan"
"Bumi ini tidak akan kosong dari para Wali Allah. Setiap mereka wafat maka Allah Azza wa Jalla akan menggantikan mereka dengan yang lain sehingga agama Islam beserta Al Qur’an tetap terjaga sampai akhir zaman"
(Hadits Qudsy)
Para Wali Allah selalu ada di bumi sepanjang masa, mereka adalah orang-orang yang hati dan jiwanya telah bersih dari pengaruh ego dan hawa nafsunya, sehingga dengan kebersihan dan kebeningan hati mereka sanggup bersanding dengan Allah Dinding tebal yang memisahkannya dengan Tuhannya telah roboh oleh keistiqomahan mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah. Merekalah orang-orang yang telah di karuniai anugrah " memandang " Allah,  "berdialog " secara langsung dengan Allah, Seluruh rahasia Ilahi telah terkumpul dalam hati mereka.
Sebuah hadis menyebutkan bahwa" di dunia ini ada sekelompok orang yang amat dekat dengan Allah SWT. Bila mereka tiba di suatu tempat, karena kehadiran mereka, Allah selamatkan tempat itu dari tujuh puluh jenis bencana. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah mereka itu dan bagaimana mereka mencapai derajat itu?" Nabi yang mulia menjawab, "Mereka sampai ke tingkat yang tinggi itu bukan karena rajinnya mereka ibadah. Mereka memperoleh kedudukan itu karena dua hal; ketulusan hati atau keiklasan dan kedermawanan mereka pada sesama manusia."
Wali adl seseorg atau figur yg dibimbing dan ditugaskan Allah.Mursyid juga sama, merupakan figur yang mmberikan bimbingan (petunjuk). Mursyid berasal dari kata (إِرْشَدَ – يُرْشِدُ – إِرْشَادًا – فَهُوَ مُرْشِدٌ). Wali Mursyid mengandung arti pemimpin yang memberikan petunjuk di jalan Allah.
Keberadaan Wali dikaitkan antara dirinya dengan Allah (karena ditugaskan dan dipilih-Nya), sedangkan Mursyid dikaitkan dengan umat. Seorang Wali Mursyid memadukan dua hal tersebut. Ia diberikan bimbingan dari Allah lewat ilham, dan memberikan bimbingan tersebut kepada umat. Oleh karenanya tidak semua Wali itu disebut sebagai Mursyid.
Sesungguhnya kedudukan seorang Mursyid di samping sebagai pemberi petunjuk adalah mempunyai posisi sebagai pembaharu (Mujaddid), yakni sebagai pemberi solusi terhadap berbagai persoalan umat di setiap masa.
"Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan membangkitkan seseorang bagi umat Islam ini pada setiap 100 tahun yang memperbaharui agama". (HR. Abu Daud & Hakim, dari Abu Hurairah).
"Hendaklah engkau berpijak atas Sunnahku dan sunnah Khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk dan hidayah (setelahku), peganglah kuat-kuat atasnya dan gigitlah dengan gigi gerahammu (biar tidak lepas)". (HR. Tarmidzi)
"Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa-siapa yang Dia kehendaki". (QS. Al-Baqarah[2]: 269)
Seorang Mujaddid diberikan hikmah (ilmu laduni) oleh Allah SWT melalui pengajaran-Nya (At-Ta'allumur Robbaniyyah).ada dua macam ilmu. Ilmu Awroq
(Tulisan) dan Ilmu Azwaq (Rasa). Ketika kita mendengar seorang Kekasih Allah/Wali Allah bicara, maka ilmu rasa yang ditransfer langsung kedalam kalbu kita. Ketika kita
menulis dari ceramah Wali Allah, maka yang semula kita terima dalam bentuk Hikmah, berubah menjadi Ilmu.Hikmah adalah RASA,
pertemuan langsung dengan Para Wali Allah. Berjamaah dengan wali Allah, bagaikan iabadah
70 tahun".
Ada dua macam ilmu, Ilmu yang dari ucapan ulama biasa dan Ilmu yang sejati ditransfer langsung dengan bicara dan kemudian ditransfer dari
hati ke hati. Ilmu Ulama yang bukan Wali Allah, ketika kita mendengarnya sering kali ego menolak, karena hanyalah ucapan dzohir. Tetapi Ilmu Wali Allah bekerja dengan dua cara , dari luar dan dari dalam, dari luar berupa
ucapan, dari dalam berupa ilham ilahiah yg dimasukkan kehati setiap muridnya. Dan ketika muridnya melakukannya ia mersakan hal itu dari inspirasinya sendiri sehingga ia ihklas melakukannya tanpa beban sedikitpun. Itulah cara kerja Wali Allah dalam membersihkan dan membenahi para muridnya.
Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa pernah menerangkan :  “Jika seseorang mencintai gurunya maka ruhnya bersama ruh gurunya, meskipun jasadnya terpisah, namun ada hubungan ruh antara keduanya, seperti rantai atau kabel telepon yang mengikat dengan ruh gurumya dan sangat beruntung seseorang yang mempunyai guru yang memiliki sanad, karena terus tersambung dan tidak akan terputus, karena sang guru memiliki rantai sanad kepada gurunya yang lebih shalih darinya, terus bersambung hingga sampai ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Mengapa kita perlu guru dan bay’at? Karena di
Mahsyar nanti meskipun para ahli tahajud, ahli
quran, ahli puasa, semua  akan ditanya, "Siapa Imam mu?"
ketika kita tidak punya imam maka kita
akan dibiarkan di mahsyar selama 50.000 tahun dimana
sehari sama dengan seribu tahun. Sampai kalian
mendapat syafaat Nabi saw atau ampunan Allah baru
kalian diperkenankan masuk surgaNYA. Itulah sebabnya
di Al-Quran dikatakan masukilah rumah melalui
pintu2nya. Artinya mengenal agama ini melalui
pintu2nya. Nabi saw mengenal islam melalui Malaikat
Jibril as, Abu Bakar ra mengenal agama melalui Nabi
saw, terus hingga tabiin, tabiit, Imam Mazhab dan
sampai kepada Wali Akhir Zaman ini. Merekalah yang
perlu kita ikuti. Insya Allah siapapun yang mencari
dan berdoa, untuk memdapatkan Pembimbing Sejati Para Kekasih Allah, maka mereka akan mendapatkannya.
Wa min Allah at tawfiq