40 wasiat sunan gunung jati Syarif Hidayatullah


40 WASIAT SYARIF HIDAYATULLAH SUNAN GUNUNG JATI KEPADA ANAK CUCU TURUNANNYA
Ipat-ipat (Wasiat) Kanjeng Sinuhun Maulana Syarif Hidayatullah kepada anak cucu (turunannya).
Ipat-ipat yang nyata kepada anak cucu Sinuhun Cirebon, ketika sekalian para wali berkumpul {dan menjadi saksi} di Ardi Amparan (Paseban Gunung Jati); {para wali tersebut} ialah :
Machdum Bonang (Sunan Bonang)

Machdum Girikraton (Sunan Giri Kedaton)

Machdum Kalijaga (Sunan Kalijaga – Raden Syahid)

Machdum Darajat (Sunan Kadarajat / Sunan Derajat)

Pangeran Machdum (Pangeran Machdum Judah)

Syeikh Maulana Maghribi

Sultan Demak

Pangeran Panjunan dan sekalian anak cucu sinuhun Cirebon, berwasiat yang tentu kepada anak cucu dengan ipat-ipat yang yakin.

“Kakanda Pangeran Panjunan, saksikanlah oleh sekalian, saya berwasiat kepada keturunanku di belakang seperti {di bawah} ini” :
Hormatilah para leluhur

Berbaktilah kepada orang tua

Murah Hati (Penyayang)

Perasaan Bersyukur

Mengerjakan ibadah

Merendahkan diri

Memakai sifat yang terpuji

Menjauhi sifat yang dibenci

Pengertian (ilmu) yang baik

Hilangkan sifat (lagak) pemarah

Jauhilah bertengkar

Jangan suka menyangka jelek akan yang tidak nyata buruknya

Jangan membiasakan congkak takabur (besar kepala)

Jangan suka menyalahi janji

Kalau tidak baik supaya diperingatkan

Takut kepada Allah (menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya)

Bertepa diri (bersiasat diri – perikemanusiaan)

Berlaku adil

Jangan mengerjakan semena-mena, tidak memberi faedah

Peliharalah peninggalan-peninggalan (pusaka)

Mendatangi mu’min

Menghormati tamu

Bermanis muka perangai yang elok

Jangan mengumbar syahwat

Jangan makan jika tak merasa lapar

Jangan memukul muka orang

Jangan minum apabila tidak makan

Jangan tidur sebelum mengantuk

Apabila sembahyang ibarat di ujung panah

Kalau berpuasa seperti talinya panah

Menuntut rizki yang halal

Jangan suka banyak berkehendak

Dapat menahan nafsu

Jika marah bermuram durja, berilah kesenangan, (muka/perkataan manis) agar segera insyaf. (Kalau susah campurlah dengan yang senang, supaya lekas hilang)

Jangan menyakiti hati orang

Banyak kesakitan manusia karena dari keluarga anak cucu (kelakuan sendiri)

Jikalau anak cucu yang mengejarkan menyakiti hati manusia akan aku mintakan supaya dipendekkan umurnya, jangan dilamakan di dunia.                                                                      Inilah ipat-ipatku supaya diingat oleh anak cucu, dibelakang hari.

“Barang siapa telah mengetahui tutur kata ini sudah lupa lagi, tetapi kujaga juga, aku lindungi, tertanggung oleh saya.” Sekalian wali-wali mengatakan “Aamiin Ya Allah, moga-moga terkabul doanya sinuhun Cirebon.

Hai Ki Mas Hasanuddin* Jagalah, ingatkanlah dalam hatimu segala wasiat orang tuamu dan sampaikan tiap-tiap keturunan sinuhun yang belum (tidak) mengetahuinya. {*disampaikan eyang Syarif kepada Eyang Maulana Hasanudin, putra beliau, dan tidak menyebut nama putra yang lain, mungkin dikarenakan para putra eyang Syarif yang lain pada sudah meninggal lebih dulu (P. Pasarean Cirebon, P. Jayakelana, P.Bratakelana) daripada eyang syarif yang berumur panjang, kecuali eyang Maulana Hasanudin, putra yang masih hidup kala eyang syarif meninggal dunia}

Barang siapa anak cucu yang menurut wasiat ayahmu, menjalankan, pasti jadi mulia turun temurun, ingatkanlah baik-baik.

 

{Disalin untuk Diedarkan di} Kasunyatan Banten, 24 Muharam 1372 H
(13 Oktober 1952 M)

Wallahu a’lam diberi keterangan atas perintah Bapak Kyai TB Achmad Chatib dan Ayip {Syarif/habib} Ismail Muhammad {Ba’abud Kharbasan Al-Husaini}

“Periwayatan wasiat Jalur Banten (ipat-ipat) di atas kurang lebih sama dengan periwayatan cirebon (petatah-petitih) Sunan Gunung Jati, namun jalur Banten yang saya dapat sudah dalam keadaan terjemahan dari tahun 1952, dibatasi hanya 40 wasiat, dilengkapi dengan penjelasan latar belakang wasiat ini diturunkan dalam pertemuan para wali (asbabun nuzul) dan penjaminan penjagaan oleh eyang Sunan.. sedangkan petatah petitih cirebon yang beredar, umumnya/biasanya langsung menuliskan wasiat-wasiat beliau berupa ajaran akhlak dan pengklasifikasiannya dalam bahasa daerah dan maknanya ” :

Yang berkaitan dengan ketaqwaan dan keyakinan adalah:
Ingsun titipna tajug lan fakir miskin (Aku titip tajug dan fakir miskin).

Yen sembahyang kungsi pucuke panah (Jika shalat harus khusu’ dan tawadhu seperti anak panah yang menancap kuat).

Yen puasa den kungsi tetaling gundewa (Jika puasa harus kuat seperti tali gondewa).

Ibadah kang tetap (Ibadah itu harus terus menerus, harus istiqomah)

Manah den syukur ing Allah (Hati harus bersyukur kepada Allah)

Kudu ngahekaken pertobat (Banyak-banyaklah bertobat).

Yang berkaitan dengan kedisiplinan
Aja nyindra janji mubarang (Jangan mengingkari janji)

Pemboraban kang ora patut anulungi (Yang salah tidak usah ditolong)

Aja ngaji kejayaan kang ala rautah (Jangan belajar untuk kepentingan yang tidak benar atau disalahgunakan)

Yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan adalah:
Singkirna sifat kanden wanci (Jauhi sifat yang tidak baik)

Duwehna sifat kang wanti (Miliki sifat yang baik)

Amapesa ing bina batan (Jangan serakah atau berangasan dalam hidup).

Angadahna ing perpadu (Jauhi pertengkaran).

Aja ilok ngamad kang durung yakin (Jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya).

Aja ilok gawe bobat (Jangan suka berbohong).

Kenana ing hajate wong (Kabulkan keinginan orang).

Aja dahar yen durung ngeli (Jangan makan sebelum lapar)

Aja nginum yen durung ngelok (Jangan minum sebelum haus).

Aja turu yen durung katekan arif (Jangan tidur sebelum ngantuk).

Yen kaya den luhur (Jika kaya harus dermawan).

Aja ilok ngijek rarohi ing wong (Jangan suka menghina orang).

Den bisa megeng ing nafsu (Harus dapat menahan hawa nafsu).

Angasana diri (Harus mawas diri)

Tepo saliro den adol (Tampilkan perilaku yang baik).

Ngoletena rejeki sing halal (Carilah rejeki yang halal)

Aja akeh kang den pamrih (Jangan banyak mengharap pamrih).

Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur (Jika bersedih jangan diperlihatkan agar cepat hilang).

Gegunem sifat kang pinuji (Miliki sifat terpuji)

Aja ilok gawe lara ati ing wong (Jangan suka menyakiti hati orang).

Ake lara ati, namung saking duriat (Jika sering disakiti orang hadapilah dengan kecintaan tidak dengan aniaya).

Aja ngagungaken ing salira (Jangan mengagungkan diri sendiri).

Aja ujub ria suma takabur (Jangan sombong dan takabur).

Aja duwe ati ngunek (Jangan dendam).

Yang berkaitan dengan kesopanan dan tatakrama:
Den hormat ing wong tua (Harus hormat kepada orang tua).

Den hormat ing leluhur (Harus hormat pada leluhur).

Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka (Hormat, sayangi, dan mulyakan pusaka).

Den welas asih ing sapapada (Hendaklah menyanyangi sesama manusia).

Mulyakeun ing tetamu (Hormati tamu).

Yang berkaitan dengan kehidupan sosial;
Aja anglakoni lunga haji ing Makkah (Jangan berangkat haji ke Mekkah, jika belum mampu secara ekonomis dan kesehatan).

Aja munggah gunung gede utawa manjing ing kawah (Jangan mendaki gunung tinggi atau menyelam ke dalam kawah, jika tidak mempunyai persiapan atau keterampilan).

Aja ngimami atau khotbah ing masjid agung (Jangan menjadi imam dan berkhotbah di Mesjid Agung, jika belum dewasa dan mempunyai ilmu keIslaman yang cukup).

Aja dagangan atawa warungan (Jangan berdagang, jika hanya dijadikan tempat bergerombol orang)

Aja kunga layaran ing lautan (Jangan berlayar ke lautan, jika tidak mempunyai persiapan yang matang).


0 Response to "40 wasiat sunan gunung jati Syarif Hidayatullah "