SARAH KITAB RISALAH AL JAAMIAH KARANGAN IMAM AHMAD BIN ZAIN AL HABSYI

sarah kitab ar risaalah al jaami'h karangan imam ahmad bin zain al habsyi

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi :
ﻣَﺎ ﻭَﺳِﻌَﻨِﻲْ ﺃَﺭْﺿِﻲْ ﻭَﻟَﺎ ﺳَﻤَﺎﺋِﻲْ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻭَﺳِﻌَﻨِﻲْ ﻗَﻠْﺐُ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ
“ Tidak dapat menampung-Ku (rahasia keluhuran Allah) bumi-Ku atau langit-Ku, akan tetapi mampu menampung-Ku hati hamba-Ku yang beriman”
Maka sanubari seorang yang beriman lebih luas dan kuat dari seluruh alam semesta, karena mampu menampung keluhuran dan cahaya keagungan Allah subhanahu wata’ala, yang mana tidak mampu ditampung oleh alam semesta, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
ﻟَﻮْ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁَﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﺒَﻞٍ ﻟَﺮَﺃَﻳْﺘَﻪُ ﺧَﺎﺷِﻌًﺎ ﻣُﺘَﺼَﺪﻋًﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﺸْﻴَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺜَﺎﻝُ ﻧَﻀْﺮِﺑُﻬَﺎ ﻟِﻠﻨﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠﻬُﻢْ ﻳَﺘَﻔَﻜﺮُﻭﻥَ
‏( ﺍﻟﺤﺸﺮ 21 : )
“Jika Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, niscaya engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )
Gunung akan hancur jika diturunkan kepadanya Al qur’an karena takut pada kewibawaan Allah subhanahu wata’ala, namun sanubari manusia yang beriman mampu menerima dan menampung kewibawaan Allah, kecintaan dan kasih sayang Allah, dan segala sifat keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Sempurna dan Maha memilki segala kesempurnaan, Maha Memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, akan tetapi waspadalah jangan sampai sanubari kita terbawa ke dalam sifat-sifat yang tidak baik dari mahkluk yang Allah ciptakan. Sebagaimana dalam setiap hati manusia terdapat sifat-sifat dari segala makhluk, seperti sifat pemarah, dimana sifat ini dikiaskan sebagai sifat seekor anjing, dan hawa nafsu atau syahwat dikiaskan sebagai sifat dari seekor babi, yang mana hewan-hewan tersebut dihukumi sebagai hewan yang najis, akan tetapi tidak satu pun dari hewan tersebut yang memprotes kepada Allah karena telah diciptakan sebagai hewan yang najis, padahal hewan-hewan tersebut senantiasa berdzikir dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala. Tentunya hewan tidak lebih baik dari kita sebagai manusia, akan tetapi justru kita sering lalai dari mengingat Allah dan barangkali di dalam hati kita sering memprotes akan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Kelak di akhirat manusia akan muncul dalam wujud yang sesuai dengan keadaan sanubarinya hari-hari yang terlewatkan dalam kehidupannya di dunia, apakah muncul dalam bentuk hewan ataukah muncul dalam bentuk manusia yang bercahaya?!. Maka perhatikanlah waktu dan hari-hari yang kita lewatkan dalam kehidupan kita, apakah terlewatkan dalam keluhuran atau dalam kehinaan?!. Maka jadikanlah panutan kita adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling ramah terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana segala tuntunan dari perbuatan dan perkataannya adalah bimbingan dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
ﺃَﺩﺑَﻨِﻲْ ﺭَﺑﻲْ ﻓَﺄَﺣْﺴَﻦَ ﺗَﺄْﺩِﻳْﺒِﻲْ
“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan sebaik baik-baik pendidikan”.

Syarh Kitab Risaalah Al Jaami’ah
Pembahasan di malam ini masih dalam pembahasan “Basmalah”. Dijelaskan oleh Al Imam At Thabari bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan Basmalah sebagai “Al Barakah wa al- aml”. Barakah maksudnya adalah melipatgandakan pahala dan kemuliaan lebih dari yang semestinya. Maka dengan mengucapkan “Basmalah”, terbukalah seluruh pintu-pintu kemuliaan yang pernah dibuka oleh Allah subhanahu wata’ala dan pintu-pintu yang belum terbuka oleh Allah subhanahu wata’ala untuk hamba tersebut, karena dengan kalimat “Bismillah” yaitu dengan nama Allah sungguh sesuatu itu bisa terjadi atau tidak bisa terjadi. Kalimat tersebut (Bismillah) terikat dengan kalimat “Kun Fayakun”, dan jika Allah subhanahu wata’ala tidak menciptakan “Ar Rahmaan dan Ar Rahiim” setelah kalimat itu (Bismillah) maka sungguh di alam semesta ini tidak akan ada satu pun yang bisa bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, akan tetapi kesemuanya akan tunduk dan sujud kepada Allah subhanahu wata’ala, namun setelah kalimat itu Allah subhanahu wata’ala melanjutkannya dengan kalimat “Ar Rahmaan dan Ar Rahiim”. Kalimat “ ???? “ telah kita bahas minggu yang lalu, bahwa makna dari huruf “? “ adalah “ ???? ???? “ yaitu kewibawaan Allah, dan “ ? “ adalah “ ???? ???? “ yaitu cahaya Allah subhanahu wata’ala, dan “ ? “ adalah “ ????? ???? “ yaitu kerajaan Allah. Makna kalimat “Allah” sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Al Imam At Thabari adalah tempat mengadu atau tempat mencari perlindungan bagi manusia, dan makna ringkasnya kalimat “ Allah” adalah gerbang harapan yang abadi, bagi semua hamba yang shalih atau yang pendosa, bagi semua penduduk surga atau penduduk neraka. Jika semua manusia mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah gerbang harapan bagi seluruh makhluk, maka apalah gunanya berharap kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Namun karena lemahnya iman, terkadang kita menjadikan “Allah” yang terakhir untuk diharapkan, ketika seseorang telah berusaha kesana kemari dan tidak ada hasil dan tidak ada yang dapat membantunya, barulah ia berlari kepada Allah subhanahu wata’ala. Padahal jika sang pencipta seluruh hajat tidak memberinya maka tidak satu makhluk pun yang akan mampu memberi atau menolongnya. Juga telah kita sebutkan dalam penjelasan yang lalu bahwa alam semesta ini tertahan dari kehancuran selama ada yang menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Shahih Muslim. Maka peganglah azimat terkuat dan teragung yang ada di alam semesta ini, yang mana jika seseorang memegang erat dengan hatinya maka alam semesta ini akan tunduk, karena ia tidak akan hancur selama masih ada yang menyebutnya, dan lebih mendalamnya lagi bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan orang yang berdzikir dengan menyebut nama “Allah Allah” sebagai penahan bala’ atau musibah, maka beruntunglah bagi mereka yang terus mendalami dan merenungi agungnya makna nama Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah gerbang harapan. Dijelaskan pula oleh Al Imam At Thabari bahwa makna kalimat “ Allah “ adalah.syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﻛُﻞ ﺃَﻣْﺮٍ ﺫِﻱْ ﺑَﺎﻝٍ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺪَﺃُ ﻓِﻴْﻪِ ﺑِﺎﺳْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺃَﺑْﺘَﺮ

“ Segala sesuatu (perbuatan) baik yang tidak diawali dengan “ Basamalah”, maka (amal itu) terputus (tidak bernilai di sisi Allah)”
Dan dalam riwayat lain ﻓَﻬُﻮَ ﺃَﻗﻄﻊ (terpotong dari keberkahan) , dan dalam riwayat yang lainnya ﻓَﻬُﻮَ ﺃﺟﺬﻡ (terpotong tangannya ). Di zaman sekarang jika bukan karena kasih sayang dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala sungguh berapa banyak orang-orang yang akan terpotong karena terkena penyakit kusta, sebagaimana memulai banyak pekerjaan tanpa diawali dengan “Basmalah”, seperti ketika masuk rumah, keluar rumah, ketika akan tidur, bangun tidur, makan, minum dan lainnya. Lalu seseorang akan berkata, rumahku kemasukan syaitan, maka hal ini adalah hal yang biasa karena ketika akan masuk ke dalam rumah ia tidak mengucapkan “Basmalah”, dimana ketika seseorang masuk rumah tidak membaca “Basmalah” maka syaitan pun akan masuk bersamanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika kalian akan tidur, maka tutuplah pintu dan ucapkan Basmalah, sesungguhnya syaitan tidak dapat memasuki pintu yang terkunci”, karena pintu itu terkunci dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, sehingga syaitan tidak bisa masuk meskipun dengan cara menembus pintu yang terkunci itu.

Oleh karena itu perbanyaklah mengucapkan Basmalah dalam setiap perbuatan, sungguh “Basmalah” adalah kalimat yang agung dan luhur. Lafazh ﺑِﺴْﻢِ telah kita bahas dalam mejelis-majelis yang lalu. Adapun lafazh ﺍﻟﻠﻪ , yang terdiri dari huruf alif ( ﺍ ) yang bermakna tunggal , lam ( ﻝ ) yang berarti “Lillah” ( ﻟِﻠﻪ ) yaitu milik Allah, kemudian tersisa huruf “lam dan ha’ ( ﻝ، ﻫـ ) yaitu ( ﻟَﻪُ ) yang bermakna “milikNya, milik Allah, atau untuk Allah”, dan huruf yang terakhir adalah huruf ha’ ( ــﻪُ ) sebagaimana yang banyak diajarkan oleh para ulama’ kepada murid-muridnya dzikir dengan lafazh ( ـﻪُ ) atau ﻳﺎ ﻫﻮ .
Syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Makna kalimat ( ﺑﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ) telah kita bahas dalam pertemuan-pertemuan yang lalu. Selanjutnya adalah pembahasan tentang makna ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ). Sebagaimana dijelaskan jika kalimat ( ﺑﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ) tidak dilanjutkan dengan kalimat ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ) maka alam semesta ini akan hancur dari kewibawaan nama Allah subhanahu wata’ala. Adapun makna ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ) adalah kenikmatan yang Allah subhanahu wata’ala berikan untuk seluruh makhluknya, dari manusia, hewan dan tumbuhan, manusia yang beriman atau pun yang kafir, manusia yang baik atau pun yang jahat di dunia. Adapun makna kalimat ( ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ) adalah kenikmatan dari Allah subhanahu wata’ala yang hanya diberikan kepada hamba-hamba yang beriman saja, seperti kenikmatan sujud, kenikmatan munajat dan doa, kenikmatan shalat berjamaah, kenikmatan shalat di masjid dan lainnya yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala di dunia kemudian di akhirat diberi kenikmatan surga yang kekal dan abadi. Adapun kenikmatan yang diberikan kepada seluruh makhluk Allah dalam kehidupan di dunia seperti melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan lainnya hal itu semua diberikan dari sifat Allah subhanahu wata’ala ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ), yang mana kenikmatan-kenikmatan tersebut Allah subhanahu wata’ala berikan kepada semua makhluknya baik yang taat atau pun yang tidak taat kepada Allah subahanahu wata’ala. Dan kita ketahui diantara kenikmatan-kenikmatan tersebut ada yang Allah cabut dari hamba-hambaNya dengan kehendakNya, seperti seseorang yang Allah jadikan tidak memiliki pendengaran sejak ia lahir, dan ada juga yang sejak lahir mungkin diberi pendengaran oleh Allah namun setelah beberapa tahun ia tidak lagi dapat mendengar, maka hal-hal seperti ini adalah terjadi atas kehendak dari Allah subhanahu wata’ala, demikianlah makna ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ). Sungguh segala kenikmatan yang pernah ada pada segala ciptaan Allah akan berakhir dan kemudian bersambung dengan kemuliaan kehidupan dan kenikmatan yang abadi yang dikehendaki Allah subhanahu wata’ala tersimpan dalam rahasia kemuliaan makna ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ )., yang mana hal-hal itu pasti akan datang kepada kita semua. Setelah kehidupan dunia ini berakhir, kelak hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka, tidak ada tempat lain selain keduanya. Yang harus selalu kita fikirkan adalah setelah kita wafat kelak dimanakah tempat kita?!. Renungkanlah, sejak kita bangun dari tidur hingga detik ini, manakah yang lebih banyak antara kita mengingat Allah dan mengingat selain Allah subhanahu wata’ala. Padahal satu detik pun terlewatkan untuk mengingat selain Allah subhanahu wata’ala hal itu telah cukup untuk melemparkan seseorang ke dalam jurang api neraka, bagaimana halnya jika waktu banyak yang terlewatkan untuk mengingat selain Allah subhanahu wata’ala, dan bagaimana halnya jika waktu-waktu terlewatkan tidak pernah mengingat Allah subhanahu wata’ala, wal’iyaadzu billah. Maka seluruh rahasia kemuliaan kenikmatan yang Allah berikan kepada makhluk-makhlukNya terdapat pada kalimat ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ). Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala memberikan pengampunan kepada hamba-hambaNya yang memohon pengampunan. Sungguh pengampunan Allah subhanahu wata’ala sangat murah dan mudah, hanya siapakah yang menginginkan dan mau meminta pengampunan tersebut. Allah Maha Mengetahui bahwa hamba-hambaNya selalu berbuat kesalahan dan dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi :
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱ ﺇِﻧﻜُﻢْ ﺗُﺨْﻄِﺌُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨﻬَﺎﺭِ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻔِﺮُ ﺍﻟﺬﻧُﻮﺏَ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﻧِﻲ ﺃَﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ
“Wahai hamba-hambaKu, seseungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka mintalah pengampunan kepadaKu, Aku akan mengampuni kalian”
Allah Maha Mengetahui akan hamba-hambaNya yang senantiasa berbuat dosa di siang dan malam, namun banyak diantara mereka yang telah berbuat dosa akan tetapi tidak mau meminta pengampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Maka rahasia kemuliaan kalimat ( ﺑﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ) , sebagaimana dijelaskan oleh para imam seprti Al Imam At Thabari, Al Imam Ibn Katsir, Al Imam Qurthubi dan imam-imam yang lainnya, bahwa kemuliaan seluruh Al qur’an Al Karim tersimpan pada kalimat ( ﺑﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ), maka kalimat ini menyimpan seluruh makna tuntunan Allah subhanahu wata’ala. Dalam kalimat tersebut tersimpan rahasia kenikmatan Allah subhanahu wata’ala, keagungan Allah subhanahu wata’ala, tuntunan Allah subhanahu wata’ala, perbuatan Allah kepada hamba-hamba yang baik atau hamba-hamba yang tidak baik, segala perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala dan lain sebagainya. Maka sampai disini kita telah selesai dari pembahasan makna ( ﺑﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ )
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
ﻟَﻮْ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁَﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﺒَﻞٍ ﻟَﺮَﺃَﻳْﺘَﻪُ ﺧَﺎﺷِﻌًﺎ ﻣُﺘَﺼَﺪﻋًﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﺸْﻴَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺜَﺎﻝُ ﻧَﻀْﺮِﺑُﻬَﺎ ﻟِﻠﻨﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠﻬُﻢْ ﻳَﺘَﻔَﻜﺮُﻭﻥَ ‏( ﺍﻟﺤﺸﺮ 21 : )
“Jika Kami (Allah) menurunkan Al Qur'an ini pada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah dikarenakan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )
ﻣَﺎ ﻭَﺳِﻌَﻨِﻲْ ﺃَﺭْﺿِﻲْ ﻭَﻻَ ﺳَﻤَﺎﺋِﻲْ ﻭَﻟﻜِﻦْ ﻭَﺳِﻌَﻨِﻲْ ﻗَﻠْﺐُ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ
“ Tidak (akan) mampu menampungKu (keagungan dan kewibawaan Allah ), bumi dan langitKu, akan tetapi mampu menampungKu sanubari hambaKu yang beriman”
Sehingga cahaya kewibawaan Allah subhanahu wata’ala dapat berpijar dalam jiwa dan sanubari para ulama’ dan para shalihin, terlebih pimpinan mereka yang termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita ummatnya kepada tuntunan terluhur dan termulia, kebahagiaan dan kesejahteraan tertinggi di dunia dan di akhirat dalam kehidupan yang fana dan kehidupan yang abadi kelak.

Habib Ahmad bin Zein bin Alwi bin Ahmad Al-Habsyi Al-Alawi Al-Hadhrami As-Syafi‘i, dilahirkan di kota Ghurfah pada awal tahun 1069 H


Suasana ziarah Makam Habib Ahmad bin zain bin Alwi bin Ahmad Al habsyi